VIVAnews – Terkejut, itu yang dirasakan Fahira Idris saat mengetahui ia dinobatkan menjadi Tweeter terinspiratif sejagad.
Poll bertajuk
The Most Inspiring Tweeter, yang ditutup 28 Agustus 2010, menyatakan Fahira Idris (@fahiraidris) sebagai juara. Ia memperoleh 71 persen suara, unggul jauh dibandingkan dengan 15 nominator lain dari Amerika Serikat, Inggris, India, Filipina, dan
Malaysia.
Suara untuk Fahira jauh di atas Diana Adams (@adamsconsulting), penulis dan wirausahawan yang sering menyampaikan suara hati para tunawisma asal Atlanta, AS yang mendapatkan 11 persen suara.
Dalam survey yang digelar oleh Tony Hastings, pemilik The Top 10 Blog, Fahira juga dinyatakan unggul dari
Aaron Lee, seorang ahli pemasaran Internet asal Malaysia yang memiliki 141.756 followers.
Penghargaan terhadap eksistensi Fahira dalam situs microblogging itu adalah berkat keberaniannya mengajukan pertanyaan tajam terhadap FPI. Pada 9 Agustus 2010 lalu, ia bahkan menyambangi markas FPI, untuk bertanya, berdialog, juga menyampaikan keluhan masyarakat pada FPI.
“Dear FPI, bila memang itu tindakan kalian, apakah kalian yakin sesuai dengan perilaku Nabi
Muhammad.”
Fahira Idris bukan orang kebanyakan. Dia adalah putri sulung
Fahmi Idris, mantan Menteri Perindustrian dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta politisi senior Partai Golkar. Kakeknya adalah KH Hasan Basri, mantan Ketua Majelis Ulama
Indonesia(MUI). Hobinya juga tak biasa. Pengusaha bunga dan parsel gemar menembak. Ia mendirikan Aries Shooting Club dan saat ini menjabat Ketua Harian Perbakin DKI.
Berikut wawancara VIVAnews dengannya:
Bagaimana tanggapan Anda setelah terpilih sebagai The Most Inspiring Tweeter?
Saya surprise, awalnya saya tidak tahu dimasukkan dalam 16 nominator. Saya
nggakbegitu yakin, awalnya, apalagi tweet mereka bagus-bagus. Ini surprise dari
Allah di bulan puasa ini.
Apa yang membuat Anda menuliskan ‘Dear FPI’ di Twitter?
Saat itu, Minggu 8 Agustus 2010, di Twitter ribut-ribut soal FPI, banyak yang mengkritik FPI soal HKBP Bekasi, soal tindakan anarkis yang dilakukan. Saya waktu itu terpengaruh, ok, mungkin FPI memang melakukan kekerasan. Namun, dari pada mencaci maki, saya langsung mengajukan pertanyaan.
Ada beberapa yang saya tuliskan, di antaranya, “Dear FPI, bila memang itu tindakan kalian, apakah kalian yakin sesuai dengan perilaku Nabi Muhammad.”
Ada lagi, “Dear FPI, apakah kalian yakin akan direstui Allah.” Juga, “Dear FPI,
Islam cinta damai bukan kekerasan.”
Kemudian saya ingin berdialog dengan FPI, lalu saya bahkan bertanya di Twitter, ada yang tahu markas FPI di mana.
Untuk orang-orang yang saling menghujat, sebagai muslim saya mengatakan pada teman-teman lain bahwa Islam tidak seperti itu. Saat itu, saya atas nama umat Islam juga meminta maaf, karena itu (tindakan FPI) bukan mencerminkan agama Islam.
Bagaimana bisa kemudian Anda bisa berdialog dengan FPI?
Saya ditelepon Uni Lubis (Pemimpin Redaksi ANTV). Kata dia, besoknya jam 14.00 saya bisa bertemu FPI. Lalu saya mengumumkan bagi siapa saja yang punya keluhan ke FPI untuk mengirimkan ke fahira.idris@gmail. Saya buka email saya.
Ajaibnya, langsung terkirim 500 email. Saya sampaikan semuanya ke FPI, ke Habib Riziek. Saya khawatirnya lingkaran dalam FPI tidak memberikan gambaran situasi yang sesungguhnya. Email yang masuk ke saya dari korban maupun keluarga korban dari seluruh Indonesia. Ada yang dari nonmuslim, juga umat Islam yang keberatan, berimbang.
Sampai sekarang masih ada, mencapai 1.200 email yang secara berkala saya sampaikan pada FPI.
Soal wacana pembubaran FPI?
Saya tulis dalam Twitter saya, “Yang niat membubarkan FPI, jangan ikut saya.” Saya bukan dalam tujuan membubarkan FPI. Saya sampaikan bagi yang mau ikut saat itu, perempuan, pakai busana muslim, bagi yang masih panas hati, cukup doakan saja tidak perlu ikut.
Bahkan ada yang mau nitip tabung gas 3 kilogram, kayak mau perang. Tapi saya tekankan, saya ini muslim, tidak akan diapa-apakan.
Saya tidak takut karena saya benar. Dari SMP sampai SMA saya sekolah di sekolah Islam
Al Azhar. Kakek saya, KH Hasan Basri adalah mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Saya mendapat pelajaran agama dari kakek dan orang tua bahwa tidak ada kekerasan dalam Islam. Islam adalah damai. Nabi pun dalam perang baru mengangkat pedang jika diserang. Tak pernah menyerang duluan.
Apa isi dialog Anda dengan FPI?
FPI memiliki prinsip amar makruf nahi munkar, salah satunya, lawan kemaksiatan dengan tangan. Namun, pengertian ‘tangan’ yang dimiliki FPI dan saya berbeda. Bagi FPI, tangan adalah tangan.
Sementara sepemahaman saya, tindakan adalah action, tindakan.
Misalnya, jika ada perbuatan maksiat, kita lawan dengan tindakan, misalnya bekerja sama dengan pihak terkait, membuka lapangan pekerjaan agar mereka tak lagi melakukan tindakan maksiat.
Tanggapan FPI atas kedatangan Anda?
Pimpinan FPI, Habib Rizieq bilang belum pernah ada orang yang bertabayun, atau menanyakan langsung. Selama ini, katanya hanya menuduh saja. Di sana saya bertanya apa misi FPI dan mengapa identik dengan kekerasan. Intinya saya berdialog. Kalau ada yang saya tak setuju, saya utarakan baik-baik. Tak ada caci maki.
Saya salut waktu Habib mengatakan FPI dalam milad lalu sepakat bahwa upaya pembersihan (sweeping) dilakukan oleh pemda, kalau ada hal-hal seperti itu [maksiat] diturunkan Satpol PP dan kepolisian.
Awalnya saya khawatir, FPI di Twitter ramai 3 hari mau puasa, suasana jadi tidak enak. Saya dua kali minta tolong, saya bilang, Habib, jangan sampai ada kejadian anarkis.
Pada hari ke-9 sampai 13 puasa, suasananya berbeda. Sampai sekarang saya lihat, tidak ada kejadian anarkis. Terus terang saya jadi deg-degan. Tapi jangan sampai ada.
Ada perubahan imej FPI di mata Anda sebelum dan sesudah dialog?
Memang, dibanding ormas Islam lainnya, FPI agak sedikit keras. Namun, menurut penjelasan mereka, imej itu karena media tidak berimbang. Ada yang jelek langsung ditonjolkan, di-rewind terus.
Sedangkan waktu mereka mengirim 1.300 relawan ke tsunami
Aceh tak ada yang memberitakan. Mereka juga bilang, ada pihak-pihak yang mengatas namakan FPI, pakai surban dan lain-lain.
Setelah mendapat predikat terinspiratif, apa yang akan dilakukan selanjutnya?
Twitter itu media sosial, media untuk sharing ilmu. Saya bahkan mendapatkan ilmu agama dari Twitter ahli-ahli agama, Quraish Shihab, MUI, saya sangat menikmati.
Di Twitter, saya sharing apa yang saya rasakan tentang kehidupan. Menurut saya, siapapun bisa jadi inspirasi, dengan apa yang ada di dirinya.
Saat ini apa kegiatan Anda?
Saya sedang mengambil S2 Hukum Bisnis di Universitas Padjajaran,
Bandung. Klub menembak, saya hobi banget. Saya masih usaha parsel. Juga Ketua Perbakin (Persatuan Menembak dan Berburu Indonesia).